Sabtu, 12 Juni 2010

Tugu Pahlawan - Surabaya


Alamat : Jl. Pahlawan & Patih SURABAYA 

No. Telp: (031) 3571100

 

Ini nih ikon Surabaya!!! Tugu Pahlawan. Kalau kita bicara Tugu yang satu ini pasti kita bakalan ingat sama peristiwa 10 November .. Hmm…  Tempoe doeloe banget ya…  Maka dari itu sebagai arek Suroboyo, saya akan mencoba memberi sedikit informasi tentang Tugu Pahlawan, Tugu kita tercinta. Hahahaaha..

Tugu ini berlokasi di Taman Kebunrojo bersebrangan dengan kantor Gubenur Jawa Timur di Jl. Pahlawan.  Monumen Tugu Pahlawan ini memang dibangun untuk mengenang jasa arek-arek Suroboyo tempoe doeloe yang sudah berjuang melawan tentara penjajah dan konon katanya korban mencapai 10.000 umat manusia jeh!!  Tugu Pahlawan didirikan pada tanggal 10 November 1951, dan diresmikan tepat satu tahun kemudian oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno.

Lokasi yang sekarang dipakai untuk penempatan Tugu Pahlawan, merupakan bekas lokasi yang semula dipakai untuk gedung pengadilan Belanda yang berguna untuk mengadili orang-orang pribumi ataupun orang-orang Belanda yang melakukan pelanggaran hukum dan bangunan ini dikenal dengan sebutan “Raat Vanyustisi”.  Dulu disekitar kawasan gedung pengadilan tersebut hanya terdapat bangunan kantor gubernur, gedung bioskop, dan tempat pemberhentian bis susun.

Nah, di bawah Tugu Pahlawan ada Museum 10 November. Pembangunan museum 10 November ini  baru diresmikan pada tahun 1998. Pada saat itu museum tersebut telah berisikan barang-barang sejarah yang dipakai oleh arek-arek Suroboyo untuk melawan para sekutu, juga didalam museum tersebut terdapat cerita-cerita perjuangan mereka dalam menyusun strategi untuk melawan sekutu, serta terdapat pula miniatur tentang kawasan mana saja yang dipakai pada saat perlawanan terhadap sekutu.

Begitulah informasi dari saya nih.. Kalau ada yang salah mohon maaf dan silahkan dibenarkan informasinya. Hehehe.. Suwun jeh!!!!

Kamis, 10 Juni 2010

Pura Jayaprana Layonsari-Desa Kalianget Bali


Berbekal semangat dan niat yang mulia (hehehehe..), saya bersama keluarga menelusuri jalan berundak-undak untuk menuju ke Pura yang konon katanya membawa berkah tersendiri bagi pasangan suami istri ini. Meskipun niat awal adalah beribadah, tapi saya tidak melupakan hobi saya untuk berfoto ria (hehehe...). Maka saya jepretlah pemandangan yang ada di sekitar Pura tersebut. Foto yang saya ambil ini adalah jalan menuju ke Pura. Oya, sepanjang jalan sampai ke Pura banyak sekali kera yang lucu dan imut! Hmmmm...
Mau tahu kisah Jayaprana? Berikut cuplikan ceritanya. Alkisah, Jayaprana baru saja memulai kehidupan rumah tangganya dengan Ni Layonsari. Raja yang sedang berkuasa saat itu secara terang-terangan memperlihatkan kerinduan pada Ni Layonsari yang kecantikannya konon setingkat dengan kecantikan dewi-dewi di kahyangan, yaitu cantik dengan cara mulia. Jayaprana akhirnya dibunuh di tengah hutan Teluk Terima oleh Patih Sawuggaling atas perintah raja yang akal sehatnya sudah berubah menjadi kesadaran binatang di musim kawin. Menurut pikiran – libidonya, dengan mengenyahkan Jayaprana otomatis ia akan mendapatkan janda Ni Layonsari. Karena memang seperti itulah logika nafsu kekuasaan ketika itu. Raja tidak hanya berkuasa atas tanah dan hasil tanah, juga berkuasa atas nyawa dan tubuh rakyatnya. Tapi raja itu ternyata salah perhitungan. Ia tetap tidak pernah memiliki tubuh Ni Layonsari walau Jayaprana sudah dimatikannya. Karena ternyata Ni layonsari memilih dengan sadar untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, yaitu sebuah cara mati sepihak (apaksa pejaha) yang pada zaman dulu dihaluskan sebutannya dengan istilah masatya, sebagai salah satu interpretasi paling ekstrem dari konsep kesetiaan sepihak seorang isteri pada suaminya.